Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan bahwa salah satu tantangan dalam mengedukasi masyarakat tentang stunting adalah faktor pendidikan rendah. Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi (ADPIN) BKKBN, Sukaryo Teguh Santoso mengakui bahwa memberikan edukasi mengenai stunting kepada masyarakat tidaklah mudah.
Sukaryo mengatakan bahwa tingkat pendidikan yang rendah menjadi salah satu faktor penghambat dalam memberikan edukasi tentang stunting. Banyak yang masih memiliki anggapan yang salah bahwa stunting hanya berarti tubuh pendek, padahal sebenarnya stunting bukanlah hal yang sama dengan memiliki tubuh yang pendek. Sukaryo menegaskan bahwa stunting bukanlah masalah turunan, melainkan dipengaruhi oleh faktor makanan dan lingkungan.
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program spesifik dari BKKBN dalam upaya menurunkan angka stunting. Sukaryo menyebut bahwa upaya penurunan angka stunting memerlukan kerja keras, termasuk melalui peningkatan kesertaan KB untuk menjarangkan kelahiran di keluarga yang berisiko stunting dengan pelayanan KB pascapersalinan (KBPP).
Meskipun angka stunting di Indonesia pada tahun 2023 sudah sedikit turun menjadi 21,5 persen, BKKBN masih memiliki target untuk menurunkan angka stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024. Upaya sosialisasi dan edukasi tentang stunting perlu terus dilakukan dengan sabar dan keras karena masalah stunting tidak hanya berkaitan dengan makanan, tetapi juga lingkungan sekitar.