Di tengah popularitas Tugu Monas dan ondel-ondel sebagai ikon Jakarta, terdapat sepasang maskot resmi yang memiliki nilai filosofi dan keanekaragaman hayati, yaitu burung elang bondol dan salak Condet. Kedua maskot ini ditetapkan melalui Keputusan Gubernur pada tahun 1989. Namun, sayangnya, popularitas mereka masih belum sebesar simbol-simbol lainnya di Jakarta, seperti Monumen Nasional dan ondel-ondel.
Elang bondol adalah burung pemangsa yang sering ditemui di pesisir dan pulau-pulau Kepulauan Seribu, Jakarta. Burung ini memiliki ciri khas kepala putih, dada coklat kemerahan, dan sayap yang lebar. Keberadaan elang bondol melambangkan ketangguhan, ketangkasan, dan ketajaman penglihatan. Namun, populasi elang bondol di Jakarta mengalami penurunan drastis dalam 10-15 tahun terakhir akibat rusaknya ekosistem pohon bakau tempat mereka bersarang.
Salak Condet, maskot Jakarta lainnya, merupakan varietas salak lokal yang memiliki rasa dan tekstur unik. Buah ini dikenal dengan daging tebal, berwarna kekuningan, serta memiliki cita rasa khas. Kawasan pertanian salak Condet di Condet, Jakarta Timur, pernah menjadi sentra pertanian dan perkebunan, namun saat ini mulai menyusut karena urbanisasi.
Meskipun elang bondol dan salak Condet adalah maskot resmi Jakarta, mereka masih kurang dikenal publik karena minimnya publikasi dan edukasi. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan masyarakat diharapkan dapat menjaga dan melestarikan kedua maskot ini. Melalui pelestarian habitat elang bondol dan konservasi kawasan Condet, identitas ekologis Jakarta tidak akan hilang akibat modernisasi.
Keberadaan elang bondol dan salak Condet bukan hanya sebagai simbol visual, namun juga sebagai peringatan akan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati di kota metropolitan. Dengan upaya pelestarian yang terus dilakukan, Jakarta dapat mempertahankan warisan budayanya.