Pada tahun 2025, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, mengumumkan lonjakan produksi pangan negara yang mencatat rekor dalam Konferensi Ekonomi Internasional di St. Petersburg. Produksi beras dan jagung meningkat sekitar 50 persen sejak pemerintahannya tujuh bulan yang lalu. Prabowo mengaitkan kenaikan produksi ini dengan reformasi regulasi dan langkah-langkah anti-korupsi yang diimplementasikan di sektor pertanian dan pangan. Deregulasi, penghapusan birokrasi, dan penegakan hukum yang ketat terhadap korupsi menjadi poin penting dalam keberhasilan tersebut.
Cadangan beras nasional mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah, mencapai 4,4 juta ton, memposisikan Indonesia untuk mencapai swasembada pangan dan menjadi pengekspor bersih. Prabowo menekankan bahwa keamanan pangan menjadi prioritas strategis bersama dengan kemandirian energi, reformasi pendidikan, dan percepatan industrialisasi. Di forum ekonomi internasional, Prabowo juga menyoroti pendekatannya yang seimbang antara kapitalisme dan intervensi pemerintah untuk mengatasi kemiskinan serta melindungi yang rentan.
Prestasi Indonesia di sektor pertanian memberikan keunggulan global, terutama dengan keanggotaan baru di BRICS dan keterlibatannya dengan Bank Pembangunan Baru. Reformasi yang dilakukan tidak hanya untuk meningkatkan kemakmuran dalam negeri, tetapi juga untuk membuat Indonesia menjadi pemain kunci dalam ekonomi internasional. Dengan demikian, Indonesia menunjukkan niatnya untuk bertindak sebagai kekuatan yang kredibel dan konstruktif dalam dunia ekonomi global.