Temuan terbaru dari penelitian Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) Foundation mengungkap keberadaan mikroplastik di air minum, ikan sungai, dan endapan sedimen sungai. Temuan tersebut mengindikasikan ancaman serius terhadap kesehatan dan keberlanjutan lingkungan. Pada dasarnya, mikroplastik merupakan partikel plastik sangat kecil yang dapat mencemari lingkungan dan merupakan masalah lingkungan yang mendesak.
Mikroplastik, dengan ukuran umumnya kurang dari 5 milimeter, dapat dimakan oleh organisme mikroskopis seperti bakteri, amoeba, dan plankton di perairan. Partikel ini kemudian dapat terakumulasi dalam tubuh ikan dan hewan air lainnya melalui rantai makanan. Ada dua sumber utama mikroplastik, yaitu mikroplastik primer dan sekunder, yang berasal dari produksi plastik kecil dan dari degradasi plastik besar.
Ketua Program Studi S2 Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret, Muhammad Masykuri, menjelaskan bahwa mikroplastik sulit terurai, sehingga dapat mengendap dalam jangka panjang di ekosistem. Selain itu, mikroplastik juga telah ditemukan di berbagai tempat mulai dari laut, sungai, terumbu karang, hingga dalam tubuh manusia. Ancaman mikroplastik tidak hanya sekadar masalah fisik, tetapi juga kesehatan karena mengandung bahan kimia berbahaya seperti BPA, ftalat, dioksin, polietilen, dan polipropilen.
Adanya paparan jangka panjang terhadap mikroplastik berpotensi menimbulkan berbagai gangguan kesehatan seperti kanker, gangguan hormonal, penurunan imunitas, gangguan pernapasan, dan masalah pencernaan. Meskipun telah ada berbagai upaya untuk mengatasi limbah plastik, termasuk pendekatan biologis dengan maggot dan bakteri pemecah plastik, efektivitas, biaya, dan skalabilitas masih menjadi tantangan di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa perlunya perhatian serius dalam mengelola masalah mikroplastik guna menjaga kesehatan dan keberlanjutan lingkungan.