Meat intolerence atau intoleransi daging adalah masalah pencernaan yang dapat menyebabkan diare saat mengonsumsi berbagai jenis daging. Reaksi fisik yang terjadi bisa bervariasi dan bahkan berpotensi menyebabkan penyakit lain seperti sindrom iritasi usus besar yang mengancam keselamatan seseorang. Penyebab umum intoleransi makanan ini termasuk kurangnya asupan serat dalam tubuh. Serat bertindak sebagai kunci dalam mengelola daging dalam sistem pencernaan. Ketika tubuh tidak mendapatkan cukup serat, terutama saat mengonsumsi porsi daging yang besar, pencernaan memerlukan lebih banyak serat untuk mengatasi makanan tersebut.
Sindrom alpha-gal merupakan istilah untuk intoleransi tubuh terhadap makanan yang pertama kali diidentifikasi pada tahun 2009. Kondisi ini dapat menyebabkan reaksi alergi karena gula dalam daging yang tidak dapat diterima oleh tubuh. Gejala intoleransi daging muncul dalam waktu tujuh hingga delapan jam setelah dikonsumsi, seperti ruam, gatal, mual, muntah, kesulitan bernapas, tekanan darah rendah, atau pusing. Reaksi ini bisa bervariasi pada setiap individu dan dapat menjadi lebih parah seiring bertambahnya waktu atau dapat mereda tanpa perlu penanganan intensif.
Orang-orang yang menderita sindrom ini disarankan untuk memperhatikan jenis makanan yang mereka konsumsi, terutama produk hewani seperti susu atau telur flounder. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya alergi daging dan riwayat kesehatan yang detail dapat membantu dalam pengujian antibodi. Meskipun masih ada banyak hal yang perlu dipelajari tentang intoleransi makanan daging ini, termasuk faktor-faktor penyebabnya, kesadaran akan kondisi ini penting untuk mencegah reaksi alergi yang dapat membahayakan kesehatan.