Lonjakan kasus Covid-19 kembali terjadi di sejumlah negara di Asia Tenggara dalam beberapa pekan terakhir. WHO menetapkan virus SARS-CoV-2 varian NB.1.8.1 atau varian Nimbus menjadi varian baru dalam pemantauan karena telah tersebar di 22 negara. Meskipun belum ada rilis resmi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terkait peningkatan kasus di dalam negeri, peningkatan keluhan masyarakat terhadap gejala batuk dan pilek menjadi sinyal awal yang tak boleh diabaikan. Faktor-faktor seperti mobilitas masyarakat pascapandemi, penurunan disiplin penggunaan masker dan cuci tangan, serta melemahnya daya tahan tubuh akibat efektivitas vaksinasi yang menurun, memberikan kontribusi terhadap potensi kenaikan kasus Covid-19.
Dari dosen Program Studi Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Fitria Nurul Hidayah, menjelaskan bahwa Kementerian Kesehatan mencatat penurunan tren kasus Covid-19 dalam beberapa minggu terakhir meskipun masyarakat tetap diimbau untuk tetap waspada. Pemerintah pusat dan daerah telah menerbitkan surat edaran kepada seluruh Dinas Kesehatan sebagai langkah kewaspadaan terhadap potensi lonjakan kasus. Varian baru MB.1.1 yang tingkat penularannya tinggi namun gejalanya cenderung ringan juga perlu diwaspadai.
Fitria mengimbau masyarakat untuk tidak panik namun tetap waspada dan disiplin menjalankan protokol kesehatan. Dia menekankan langkah-langkah pencegahan mandiri seperti menjaga daya tahan tubuh dengan pola makan sehat dan olahraga, serta menerapkan etika batuk di ruang publik. Selain itu, Fitria juga menyarankan pemerintah untuk menyiapkan langkah-langkah strategis ke depan dengan mengalokasikan anggaran khusus untuk riset dan pengembangan vaksin dalam negeri agar Indonesia bisa lebih mandiri dalam menghadapi pandemi di masa depan.