Mengidentifikasi dan Mencegah Terpapar Mikroplastik: Panduan Praktis

Mikroplastik telah tersebar luas pada bahan makanan, air, dan bahkan udara yang kita hirup. Kecemasan terhadap dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh mikroplastik semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Partikel plastik ini memiliki ukuran sangat kecil, kurang dari 5 milimeter, dan terbagi menjadi dua jenis, yaitu mikroplastik primer dan mikroplastik sekunder. Penelitian telah menunjukkan bahwa konsentrasi mikroplastik yang ditemukan dalam air minum kemasan dapat mencapai lebih dari 10.000 partikel per liter, termasuk di Indonesia.

Mikroplastik juga ditemukan dalam makanan seperti ikan, udang, daging sapi,dan produk makanan kalengan. Senyawa berbahaya yang terkandung dalam mikroplastik, seperti Bisphenol-A (BPA), ftalat, dioksin, polietilen, dan polipropilen, dapat membahayakan kesehatan manusia. Dalam jangka panjang, paparan mikroplastik dapat menyebabkan iritasi, peradangan, bahkan berpotensi memicu perkembangan tumor dan kanker.

Peneliti dan akademisi menggunakan berbagai metode untuk mendeteksi mikroplastik, seperti spektroskopi inframerah, mikroskop elektron, dan filtrasi. Indikasi kehadiran mikroplastik dalam air minum dan makanan dapat dikenali dari rasa dan bau yang aneh, serta melalui penggunaan plastik bekas atau bahan makanan dari perairan tercemar.

Untuk mengurangi paparan mikroplastik, beberapa langkah dapat dilakukan, seperti menghindari penggunaan wadah plastik untuk memanaskan makanan, mengganti botol air plastik dengan botol kaca atau stainless steel, mengurangi konsumsi makanan kemasan, dan meminimalisir penggunaan plastik sekali pakai dalam kehidupan sehari-hari. Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, kita dapat mengurangi risiko paparan mikroplastik dan menjaga kesehatan tubuh kita.

Source link