Sejarah Penemuan Penyakit Beri-beri oleh Eijkman: Nobel di Batavia

Pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20, penyakit beri-beri menjadi masalah kesehatan besar di Asia. Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan vitamin B1 atau tiamin yang berperan penting dalam mengubah karbohidrat menjadi energi serta menjaga kesehatan saraf, otot, dan jantung. Pola konsumsi beras putih yang kehilangan kandungan vitamin B1 menjadi pemicu utama kejadian beri-beri pada masa itu. Meskipun kondisi gizi kini lebih baik, beri-beri masih menjadi ancaman bagi kelompok yang rentan seperti penderita gangguan pencernaan dan individu dengan pola makan buruk.

Penyakit beri-beri menjadi momok menakutkan pada masa itu, terutama di Hindia Belanda (kini Indonesia). Dokter militer Belanda, Christiaan Eijkman, menjadi tokoh penting dalam penemuan penyebab beri-beri. Melalui serangkaian eksperimen dengan ayam, Eijkman menemukan bahwa penggilingan beras putih menghilangkan zat penting yang melindungi tubuh dari penyakit, yang kemudian dikenal sebagai vitamin B1 atau tiamin. Penemuan ini tidak hanya membawa Eijkman meraih Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran pada 1929, tetapi juga membuka jalan bagi pemahaman modern tentang peran nutrisi dalam mencegah penyakit.

Ironisnya, sementara Eijkman diakui secara internasional, masyarakat pribumi di Jawa masih menderita akibat konsumsi beras putih giling. Pengetahuan akan manfaat lapisan kulit beras yang dibuang baru diketahui setelah bertahun-tahun penderitaan. Kisah Eijkman menunjukkan bagaimana Indonesia memiliki peran penting dalam sejarah penemuan ilmiah, namun terlalu banyak diabaikan.

Source link