Kelebihan dan Kekurangan Anak Tidur dengan Orangtua

Tidur bersama anak adalah kebiasaan umum di budaya Indonesia, di mana orang tua sering enggan meninggalkan anak tidur sendirian karena kekhawatiran. Namun, penting untuk memahami dampak apa yang mungkin timbul dari praktik ini. Beberapa selebritas seperti Alicia Silverstone dan Kourtney Kardashian bahkan memuji manfaat co-sleeping, yang mereka lakukan hingga anak mereka remaja. Mereka menganggap hal ini sebagai sesuatu yang alami dan naluriah, seperti yang terjadi di alam liar.

Menurut Tovah Klein, penulis “Raising Resilience,” co-sleeping tidak masalah asal anak tetap berkembang dan mandiri di aspek lainnya. Namun, jika salah satu pihak merasa tidak nyaman, itu menjadi sinyal untuk mulai berubah. Ada langkah-langkah bertahap yang bisa dilakukan oleh orang tua, misalnya mulai tidur di kamar anak dan secara perlahan mundur, sehingga anak tetap merasa dicintai dan didampingi.

Martha Deiros Collado, seorang psikolog klinis, juga mencatat bahwa banyak keluarga hanya bisa dekat dengan anak di malam hari karena kesibukan atau situasi tertentu. Namun, jika hal ini sudah menjadi beban atau menghambat perkembangan, perlu dievaluasi.

Tidur bersama anak memiliki dampak positif seperti menciptakan hubungan emosional yang kuat antara orang tua dan anak, meningkatkan rasa aman, dan memudahkan ibu menyusui. Namun, ada juga dampak negatif seperti mengganggu jadwal tidur orang tua, meningkatkan kelelahan, dan berpotensi menciptakan ketergantungan anak pada orang tua untuk tidur.

Tidak ada aturan baku mengenai kapan anak harus berhenti tidur bersama orang tua, namun penting untuk melihat apakah anak sudah terlalu terikat dan bergantung pada orang tua. Disarankan untuk memberikan anak waktu dalam membuat keputusan terkait hal ini, sehingga mereka bisa memahami situasi dengan baik tanpa merasa terpisah dari orang tua.

Source link