Para pasien penyakit Parkinson sering mengalami kesulitan dalam mengendalikan tubuh mereka karena gangguan pada sel saraf di otak yang mempengaruhi produksi zat dopamin yang mengatur gerakan tubuh. Hal ini menyebabkan penurunan gerak motorik atau gerakan motorik yang berlebihan seperti tremor. Salah satu pengobatan untuk mengatasi penurunan kemampuan motorik ini adalah dengan memberikan obat levodopa dalam bentuk kapsul atau pil kepada pasien. Obat ini bertujuan untuk meningkatkan suplai dopamin dalam tubuh dan mengirimkannya ke otak.
Penggunaan obat levodopa memiliki beragam efek samping, seperti mual, pusing, kesulitan tidur, mulut kering, muntah, dan tekanan darah rendah. Oleh karena itu, penting bagi pasien untuk selalu melaporkan efek samping yang mereka alami kepada dokter. Pasien dengan penyakit phenylketonuria tidak disarankan untuk mengonsumsi obat ini dan perlu mendapatkan jenis pengobatan lain. Penggunaan levodopa dalam jangka panjang juga dapat menyebabkan dyskinesia, gangguan gerakan tubuh yang membuat pasien sering tersentak atau berkedut.
Dyskinesia yang disebabkan oleh levodopa dikenal sebagai levodopa-induced dyskinesia (LID) dan dapat terjadi dalam dua jenis, yaitu dyskinesia difasik dan peak dose dyskinesia. Dalam pengobatan dyskinesia, pasien dapat mengurangi dosis levodopa yang diterima atau menerima infus tambahan. Selain itu, obat-obatan khusus seperti gocobri dan duodopa juga dapat digunakan untuk mengurangi gejala dyskinesia. Pasien dengan gejala dyskinesia yang parah mungkin direkomendasikan untuk menjalani pembedahan stimulasi otak dalam untuk mengatasi masalahnya.
Penyakit dyskinesia pada pasien Parkinson memang menjadi tantangan, namun dengan pengawasan dokter yang tepat dan pengobatan yang sesuai, gejala tersebut dapat dikelola dengan baik untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Jadi, penting bagi pasien Parkinson untuk terus berkonsultasi dengan dokter mereka untuk mendapatkan perawatan yang optimal bagi kondisinya.