Aktor sekaligus presenter acara Dunia Lain, Harry Pantja, mengungkapkan bahwa dia telah mengalami stroke berulang kali yang disebabkan oleh kualitas tidur yang buruk. Namun, apakah benar kurang tidur dapat menyebabkan stroke? Menurut Spesialis saraf di RSUPN Cipto Mangunkusumo, Rakhmad Hidayat, kebiasaan begadang dan kurangnya olahraga dapat menjadi pemicu stroke. Individu yang begadang secara teratur cenderung memiliki kualitas tidur yang buruk karena kurangnya waktu tidur yang adekuat. Hal ini terutama terjadi pada usia muda, di mana kebiasaan begadang dan kurang olahraga menjadi tren yang semakin meningkat.
Studi dari American Heart Association menunjukkan bahwa kurang tidur, yaitu kurang dari enam jam per malam, dapat meningkatkan risiko serangan jantung hingga 20 persen dibandingkan dengan individu yang tidur selama enam hingga sembilan jam. Penelitian lain yang dilakukan pada peserta yang pernah mengalami stroke iskemik menemukan bahwa durasi tidur dan kualitas tidur memainkan peran penting dalam risiko terjadinya stroke.
Para peneliti menemukan bahwa individu yang tidur kurang dari lima jam per malam memiliki risiko tiga kali lipat untuk mengalami stroke dibandingkan dengan yang tidur selama tujuh jam. Semakin banyak masalah tidur yang dialami, semakin besar kemungkinan seseorang untuk mengalami stroke.
Christine McCarthy dari University of Galway di Irlandia, sebagai penulis utama dalam penelitian ini, menyimpulkan bahwa masalah tidur individu dapat meningkatkan risiko stroke dan memiliki lebih dari lima gejala tidur dapat meningkatkan risikonya hingga lima kali lipat. Oleh karena itu, menjaga kualitas tidur dan durasi tidur yang cukup adalah langkah penting dalam mencegah risiko stroke.