Sebagian besar orang menyadari bahwa kopi mengandung kafein, yang merupakan zat diuretik yang bisa meningkatkan produksi urine. Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa kafein juga dapat mempengaruhi fungsi usus. Menurut konsultan senior dan ahli bedah kolorektal di Colorectal Clinic Associates, Sulaiman Bin Yusof, kopi mengandung senyawa-senyawa lain seperti asam klorogenat, asam sitrat, asam asetat, flavonoid, dan tanin yang dapat merangsang aktivitas usus besar. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa rasa pahit kopi juga memainkan peran dalam merangsang lambung. Meskipun kandungan kafein dalam kopi lebih rendah dibandingkan minuman lain, kopi tetap bisa memicu dorongan buang air besar setelah dikonsumsi.
Konsultan senior di Divisi Gastroenterologi & Hepatologi, Kewin Siah, menjelaskan bahwa asam klorogenat dalam kopi bisa merangsang kerja usus dan memperkuat efek kafein pada usus besar. Respons dari tubuh terhadap kopi dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kadar kafein, jenis kopi, dan metode pemanggangan biji kopi. Beberapa orang mungkin mengalami efek samping ini setelah minum kopi, namun tidak semua orang merasakannya. Konsumsi gula dan susu dalam kopi juga bisa mempengaruhi dorongan untuk buang air besar setelah mengonsumsi kopi.
Sebagai contoh, kopi yang biasa disajikan di tempat kopi biasanya mengandung lebih banyak kafein dibandingkan dengan espresso. Penambahan gula dan susu dalam kopi juga bisa berkontribusi terhadap pergerakan usus. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa konsumsi gula dapat merangsang pelepasan insulin yang dapat meningkatkan pergerakan usus pada beberapa individu. Sulaiman menambahkan bahwa kopi bisa berfungsi sebagai suplemen alami untuk membantu mengatasi sembelit. Namun, jika seseorang tetap mengalami sembelit meskipun telah mencoba berbagai cara, sebaiknya dilakukan pemeriksaan usus besar untuk memastikan tidak ada kondisi serius yang mendasarinya. Hal ini penting terutama jika sembelit disertai dengan gejala lain seperti perdarahan atau nyeri perut.
